Sebagai organisasi yang juga menaungi aktivitas keagamaan kaum ibu-ibu,Khofifah Indar Parawansa Ketua Umum PP Muslimat NU dalam event lounching Buku Majelis Taklim Muslimat NU melawan radikalisme, mengapresiasi pengajian ibu-ibu di Muslimat NU, sudah latah menjadi istilah “Muslimatan” sebagai kegiatan aurotan (rutinitas). baik dikalangan ibu-ibu Muslimat NU tingkat ranting/kelurahan, anak ranting, anak cabang (ancab) setingkat kecamatan dan Cabang setingkat Muslimat NU Kabupaten Kota dan terus terstruktur di Muslimat NU sampai tingkat Pusat, Bahkan ada di daerah tertentu untuk bisa hadir ke Muslimatan dengan kemandirian yang militan.
Ket. : hadir ke “Muslimatan” dengan loyal dengan perangkat yang ada.
Aktivitas ibu-ibu pengajian yang baru viral diperbincangkan, dimana pengajian ibu-ibu diasumsikan berdampak kepada kurangnya perhatian terhadap anak, hal ini ditepis oleh salah satu Ketua PP Muslimat NU Dr.Hj. Mursyidah Thahir,MA bahkan menurutnya pengajian sudah menjadi habit, menurut Mursyidah, majelis taklim tidak pernah mengorbankan anak dan keluarga. “Jarang sekali ada ibu-ibu yang rajin pengajian anaknya telantar. Itu tidak ada,” kata Ibu Mursyidah dosen IIQ Jakarta ini.
Menurut Mursyidah, waktu pengajian pun sangat fleksibel. Pimpinan majelis taklim biasanya selalu memusyawarahkan tentang waktu sebelum memulai pengajian. Saat ada yang menawarkan jam sembilan pagi kemudian ada jamaah yang keberatan karena harus mengurusi pekerjaan rumah dan anak, penawaran pun direvisi. Waktu pengajian ditawarkan kembali pada jam 10 pagi hingga 11 siang.
“Ibu-ibu jamaah majelis taklim mintanya jam 10 sampai jam 11, alasannya supaya jam 10 itu sudah rapi, anaknya sudah diantar ke sekolah, jam 11 bubaran ngaji anak sudah bisa dijemput, jadi tidak tabrakan,” kata dia.
Mursyidah menjelaskan, kaum ibu majelis taklim justru menjadi orang yang pandai dalam hal manajemen waktu. Sebelum berangkat ke majelis taklim, mereka akan lebih dahulu menyelesaikan pekerjaan rumahnya, tarmasuk mengantar anak ke sekolah.
“Umumnya ibu-ibu malah rapi mereka itu, yang rajin ngaji itu, urusan rumahnya rapi, jamnya sudah rapi, ‘jangan jam sembilan, jam 10 saja karena saya antar anak ke sekolah dulu’ jadi disesuaikan waktunya,” kata dia menambahkan.
Ia menambahkan, untuk jamaah majelis taklim yang memiliki anak usia balita pun bisa diajak dan tidak ada larangan. Justru, menurut dia, sangat bagus mengenalkan dan membiasakan anak ikut majelis taklim sedini mungkin.
Dia mengatakan, anak kecil yang sering dibawa ke majelis taklim akan bertemu dengan orang banyak. Kepercayaan diri sang anak jadi terbangun. Dia bukan hanya melihat ibunya, melainkan banyak ibu lainnya yang menyapa.
Apa saja konten yang menjadi materi di majelis taklim? Dia mengungkapkan, tentu saja membahas sesuatu yang tidak diajarkan di sekolah-sekolah formal. Semisal, menurut dia, mengulas masalah haid, nifas, istikhadah, bersuci, dan semua masalah kewanitaan.
Keterangan : Aurotan (pengajian rutin) majelis taklim HIDMAT Muslimat NU
Pertama, pada jam 10 pagi itu akan dimulai dengan membaca Asmaul Husna, lalu dilanjutkan dengan membaca Alquran selama 15 menit, kemudian langsung ke acara inti. Acara intinya sesuai dengan tema yang akan dibahas.
“Temanya ya sesuai dengan kepentingan ibu-ibu, kesucian wanita pascamenstruasi, pascanifas, itukan pembahasan spesifik, lalu dalil-dalil, lalu bagaimana mereka melakukan shalat ketika istikhadoh, shalat ketika gak teratur haid, bagaimana mereka berpuasa, yang seperti itu kan tidak diajarkan di sekolah,” tuturnya.
Menurut Sekretaris Umum PP Muslimat NU, drg.Hj.Ulfah Mashfufah,MKM memberikan state bahwa di majelis taklim-majelis taklim Muslimat NU ada relasi kebersamaan yang luar biasa. “Do’a- do’a riyadhoh dilangitkan dibaca bersama-sama, doa untuk anak-anak generasi masa mendatang ada nuansa kebersamaan yang kental berbeda dengan berdo’a ketika sendiri setiap ibu-ibu pastinya juga melakukannya, bahkan di jama’ah majelis taklim Muslimat NU selalu me-insertkan dan mengutamakan do’a riyadhoh kebangsaan, mendoakan bangsa Indonesia ini dalam kebaikan,kedamaian dan kemaslahatan” imbuh dokter gigi jebolan Universitas Indonesia ini.
By : A-Zhoem