Muslimatnu.or.id. Pandemi COVID telah memaksa Muslimat NU masuk dalam era digital. Tidak hanya era 4.0 akan tetapi Muslimat NU masuk dalam era 5.0. kategori dimana tidak hanya digitalisasi tetapi juga menuntut adanya digitalisasi plus kohesifitas manusianya.
Hal tersebut dikatakan oleh Ibu Nyai Hj. Khofifah Indar Parawansa saat mengisi tausiyah pada acara Tahlilan Virtual yang diselenggarakan oleh PP Muslimat NU.” Pandemi COVID 19 memaksa Muslimat untuk masuk pada era 4.0 dimana semuanya menjadi serba digital. Bagi saya ini adalah sebuah lompatan yang luar biasa. Namun saat ini kita sudah masuk dalam era 5.0 dimana era ini merupakan koreksi dari era 4.0, yang menjadikan respon sosial masyarakatnya cenderung terbatas dan individual,” ungkap ibu Nyai Khofifah.
Ditambahkan oleh Ibu Nyai Khofifah, bahwa yang dilakukan oleh Muslimat harus terus meningkatkan kapasitas agar tidak tertinggal jauh.” Di era ekonomi global kita harus meresponnya dengan baik. Kalai mengacu pada perkataan Jack Ma bahwa di tahun 2030 yang menyatakan ekonomi dunia 80 persen digital, maka kita harus masuk ke sana. Kita harus melakukan jejaring global tentu dengan standar global pula produknya. Kalau tidak kita akan tertinggal sangat jauh bahkan mati,” ungkap ibu Khofifah.
Dalam kesempatan tersebut, Ketum Muslimat ini juga mengingatkan untuk menjaga ke Muslimatan dan ke NU an mengingat problem keumatan masih sama. “Beberapa hari yang lalu ada dua peristiwa ang menurut saya adalah problem lama yang belum selesai. Pertama adalah ditendangnya seorang imam kerana baca doa qunut dan adanya serangan yang dilakukan oleh kelompok Islam tertentu pada acara midodareni di sebuah rumah Habib di Solo. Peristiwa ini menjadi bahan kita untuk selalu menguatkan kembali paham ahli sunnah wal jamaah. PR terbesar kita adalah PR kita hari adalah menjelaskan kembali kepada komunitas kita atau yang lain yang tidak bersentuhan dengan NU agar tidak kehilangan panduan dan referensi,” pungkas ibu Khofifah.