muslimatnu.or.id. Banyak negara telah berhasil memperlambat atau mengatasi pendemi COVID 19 dengan berbagai cara dan metode pencegahan. Hal ini bisa menjadi sebuah pelajaran bagi Indonesia untuk bisa mengatasi pendemi yang ternyata kasusnya justru meningkat akhir-akhir ini. Untuk itu Muslimat NU perlu mempelajari bagaimana negara-negara tersebut mengatasi pendemi ini.
Hal itu dikatakan mbak Yenny Wahid dalam webminar series yang berjudul Strategi Diaspora Indonesia Menghadapi Tantangan Covid – 19 Di Negara Orang. Sebagai pemantik mbk Yenny Wahid juga mempertanyakan mengapa negara yang mayoritas Muslim justru terkesan lamban dalam upaya menangangi wabah yang telah menewaskan ratusan ribu orang ini. “Saya kira harus banyak belajar dari negara-negara yang telah berhasil menekan penyebaran virus COVID – 19 ini. Bagaimana mereka menanganinya kita bisa berbagi pengalaman dengan para duta besar Arab Saudi, Tiongkok, Jerman dan Aljazair yang kali ini sebagai pembicara,” ucap Ibu Hj. Yenny Wahid yang juga ketua bidang Hubungan Luar Negeri Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama. Mbak Yenny Wahid menambahkan bahwa COVID ini berdampak tidak hanya pada bidang kesehatan tetapi juga bidang ekonomi dan lain sebagainya. “ Untuk itu perlu penanganan secara holistic dan komprehensif,” tambahnya.
Sementara itu dalam sambutannya Ketua Umum Pimpinan Pusan Muslimat Nahdlatul Ulama, Ibu. Hj. Khofifah Indar Parawansa mengkatakan bahwa wabah ini menjadikan warga Muslimat NU mempunyai perspektif berbeda tentang penanganan wabah COVID 19.” Begitu juga dalam kegiatan webinar ini, kita bisa mendapatkan pencerahaan, pengayaaan dan perpesktif dari negara dimana para Duta Besar yang kini menjadi pembicara acara ini bisa saling tukar pengalaman dari negara yang beliu bertugas,”ujar ibu Khofifah.
Arif Havas Oegrosena Duta Besar Republik Indonesia untuk Jerman mengatakan bahwa keberhasilan Jerman dalam menangani COVID 19 karena adanya tindakan cepat, tegas dan terkoordinasi. “ Hal ini bisa dilihat bagaimana Jerman dengan cepat melakukan penutupan. Kemudian bagaimana mereka dengan tegas dalam menindak warganya yang melanggar protokol kesehatan serta peyiapan sarana kesehatan yang memadai,” ungkap bapak Havas. Menurutnya faktor kesiapan sistem kesehatan juga menjadi pelajaran yang sangat penting.
Sedangkan Dubes Indonesia untuk Tiongkok mengatakan bahwa banyak yang bisa ditiru dari pemerintah tiongkok terkait penanggulanan wabah COVId 19.
“ Ada beberapa hal yang bisa diaplikasikan dari penanggulangan pendemi corona ini. Salah satunya adalah full respon dari pemerintah. Kita bisa melihat bagaimana pemerintah Tiongkok membangun rumah sakit dengan cepat, sosialisasi dengan sangat masif, melakukan penelitian obat-obatan COVID 19 , melakukan lockdown. Respon mereka sangat cepat,” ujar bapak Djauhari Oratmangoen. Lain dengan pengalaman ibu Rosa panggilan Duta Besar Republik Indonesia untuk Aljazair dalam menangani pademi Covid – 19, berkata bahwa negara Aljazair pada April tahun 2019 presiden Aljazair telah diturunkan oleh rakyat
Sejak itu sampai akhir tahun 2019 pemerintahan Aljazair mengalami transisi. Pada bukan Januari 2020 barulah pemilihan presiden namun tak lama terjadi pandemi Covid – 19. Dalam pemerintahan yg baru kepala negara aljazair berupaya untuk menangani pandemi Covid – 19 dengan sigap. Dan saat itu jg Aljazair lockdown pada bulan Pebruari akhir “ungkap ibu Safira Rosa Machrusah.
Acara webinar ini diikuti oleh 400 peserta Muslimat dari berbagai daerah. Hadir pula beberapa anggota Muslimat dari Luar negeri antara lain Inggris, Malaysia, Arab Saudi, Hongkong, Tiongkok, Australia hingga Jepang Dalam acara ini juga dibagikan doorprize. Pembacaan Al Quran dan sholawat oleh qoriah juara Internasional perempuan pertama kali thun 1980 ibu Hj. Maria Ulfah.