muslimanu.o.id. Dimasa pendemi COVID 19 ini kita dituntut untuk melakukan inovasi dalam berdakwah. Kondisi sekarang ini mendorong para agamawan maupun oragnisasi keagamaan untuk melakukan kajian ulang terhadap pandangan keagamaan agar tetap relevan dengan kondisi yang ada sekarang ini. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan ibadah yang disesuaikan ditengah pendemi Covid 19 saat ini.
Hal itu dikatakan oleh Wakil Menteri Agama Republik Indonesia DR. H. Zainut Tauhid dalam Taklim ke 4 yang diselenggarakan oleh HIDMAT Muslimat NU melalui media vritual. Dalam kesempatan tersebut Wamenag juga mengatakan bahwa pendemi ini melahirkan peradaban baru. “Kita dituntut untuk bertransformasi dari peradaban lama ke peradaban baru. Pendemi COVID 19 ini menuntut kita untuk hidup lebih disiplin, efisien, efektif dan hemat. Inilah yang menjadi tantangan bagi para daiyah dalam merespon peradaban baru itu. Bagaimana ajaran islam itu tidak menyulitkan tetapi memudahkan. Ini tantangannya. Bagaimana Covid 19 ini mampu mengkontruksi kembali cara pandang kita sebagai pribadi, masyarakat atau bagian dari organisasi keagamaan,”ujar DR. H. Zainut Tauhid.
Ditambahkan oleh Wamenag bahwa pandemi ini menjadikan majlis taklim tidak lagi berfikir konvensional dan melakukan pendekatan formalistik. “ Ada ada perubahan dalam mensikapi pendemi ini . Organiasasi keagamaan tidak boleh terjebak dalam formalism. Kita harus memahami sasaran dakwah kita karena masyarakat sekarang berubah karakteristiknya. Sekarang masyarakat lebih melek digital,” tambahnya,. Untuk itu lanjut Wamenag, organiasai keagamaan harus mampu menginternalisasi media digital dalam startegi dakwahnya, membangun literasi media digital. “ Tanpa literasi masyarakat akan mudah terjebak hoaks,”katanya.
Sementara itu Ketua Umum Pimpinan Muslimat NU, Hj. Khofifah Indar Parawansa mengingatkan bahwa di era post truth ini Muslimat NU harus merubah cara dakwahnya.” Muslimat NU harus menjadi wadah pencarian keilmuan. Kajian-kajian ini saya kira bagian dari mencari ilmu. Saya khawatir kalau kita tidak siap akan muncul ketidakbenaran yang dibenarkan seperti hoaks dan lain sebagainya. Muslimat NU bisa menjadi bagian dari untuk menangkal ketidakbenaran itu dengan kajian-kajian atau pengajian termatik virtual seperti ini,” ungkap Hj. Khofifah.
Lebih lanjut ibu Hj. Khofifah menenkankan pentingnya literasi digital. “ Bagi saya kajian atau pengajian tematik ini bisa dijadikan sebagai literasi digital. Dan ini menjadi bagian dari menjaga disinformasi, hoaks dan lain sebagainya,”ungkap Gubernur Jawa Timur ini.
Acara webinar ini diikuti 300 peserta dari seluruh jajaran Muslimat NU se Indonesia. Kajian kali ini menjadi bagian dari rangkaian Pengajian Virtual Tematik yang diselenggarakan soleh HIDMAT MNU tiap minggunya. Turut memberikan sambutan anatara lain Ibu Nyai Hj. Machfudzoh Ali Ubaid dan ibu Dr. Hj. Romlah Widayati.