Seseorang dapat dikatakan berakhlak, apabila ia mendasarkan perilakunya pada ajaran agama Islam, yang bersumber pada wahyu. Ia menunjukkan kesadaran terhadap keberadaan Tuhan di setiap saat, menyadari bahwa Tuhan mengetahui segala perbuatannya. Sehingga segala aktivitas hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah. Jadi, keimanan dalam Islam, pada dasarnya merupakan kesadaran untuk menjadi pribadi yang baik. Maka, di sinilah letak hubungan antara akhlak dan iman. Hal ini sesuai dengan Qs. Al-Baqarah : 83 yang berbunyi :
لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّـهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
Artinya: “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia,” (QS Al-Baqarah: 83).
Dalam ayat tersebut jelas sekali tergambar bahwa manusia diserukan untuk menampilkan akhlak yang baik, dan ditegaskan pula untuk bertutur kata yang baik kepada sesama manusia. Semoga para pembaca termasuk orang-orang berakhlak baik dan selalu berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’an.
Sumber :
Mustopa. Akhlak Mulia Dalam Pandangan Masyarakat. Vol. 8, Nomor 2, Oktober 2014. Semarang : Nadwa Jurnal Pendidikan Islam.