muslimatnu.com. Sebagai sebuah sistem keyakinan agama Islam sangat menganjurkan perdamaian, toleransi, dan keseimbangan. Dalam beberapa ayat Al Quran dan Hadis Rasulullah saw banyak yang menyebut tentang pentingnya toleransi dan perdamaian. Namun munculnya radikalisme yang mengatasnamakan Islam menjadi keresahan bersama dan harus dicegah. Hal tersebut penting dilakukan karena Islam adalah agama yang sangat toleran dan menjunjung perdamaian
Salah satu ulama Indonesia yang juga Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mengatakan bahwa menghafal dan memahami al Quran secara benar termasuk cara untuk mencegah radikalisme.
“Menghafal dan memahami Al-Qur’an dengan benar termasuk pencegahan radikalisme. Dalam Al-Qur’an diterangkan, bahwa didirikannya agama Islam untuk menjaga kehidupan. Maka dengan adanya terorisme atau bom bunuh diri tentu itu tidak diajarkan dalam Al-Qur’an,” ujarnya.
Menurutnya Nabi Muhammad SAW mengajak orang masuk Islam tanpa menggunakan paksaan dan ancaman. Orang-orang tersebut memeluk dan memahami Islam karena keimanan terhadap Al-Qur’an. Selain itu yang tak kalah penting adalah tidak berhenti mendalami agama. Hal lain yang perlu diperhatikan agar terhindar dari sikap radikal adalah pernah menganggap diri sebagai orang paling benar dan paling suci.
Manusia yang berilmu, harus tetap rendah hati, dan melihat diri sendiri sebagai hamba yang masih jauh kualitasnya untuk mendiami surga. “Upaya mencegah paham-paham radikalisme dan terorisme, kalau kita semakin dalam literasi memahami agama, saya yakin itu (radikalisme) dapat dihilangkan,” katanya.
Oleh karena itu, untuk mencegah radikalisme menurut Islam, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
Pertama, Pendidikan. Salah satu cara paling efektif untuk mencegah radikalisme adalah melalui pendidikan. Pendidikan Islam yang benar dan akurat dapat memberikan pemahaman yang benar tentang keyakinan Islam dan mengajarkan nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan keseimbangan.
Kedua Pengajaran Tafsir. Tafsir,atau penafsiran Al-Quran, harus diajarkan dengan benar dan obyektif. Guru atau pemimpin agama harus mengajarkan tafsir yang jelas dan tidak ambigu, dan memastikan bahwa siswa tidak salah mengartikannya. Dalam hal ini, pendekatan yang lebih moderat dan waspada harus diambil untuk memastikan bahwa siswa memahami ajaran agama dengan benar.
Ketiga, Mengajarkan kesederhanaan dan keadilan: Islam mengajarkan kesederhanaan dan keadilan. Oleh karena itu, para pemimpin agama harus mempromosikan kesederhanaan dalam perilaku mereka dan mengajarkan keadilan dan egalitarianisme kepada jemaah mereka.
Keempat, Mendorong keterlibatan sosial. Para pemimpin agama dan organisasi Islam harus mendorong keterlibatan sosial dan pengembangan keterampilan dalam masyarakat mereka. Ini dapat membantu para anggota masyarakat merasa terlibat dan memiliki kontribusi yang positif dalam masyarakat mereka, serta mengurangi kemungkinan mereka merasa terasing dan mencari dukungan dari kelompok radikal.
Kelima, Meningkatkan kesadaran tentang bahaya radikalisme: Penting untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya radikalisme di antara umat Islam dan masyarakat umum. Masyarakat harus diberitahu tentang bahaya radikalisme dan mengajak untuk melaporkan tindakan yang mencurigakan atau aktivitas yang mencurigakan kepada otoritas yang berwenang.
Namun semua upaya ini harus dilakukan secara hati-hati dan dengan pemahaman yang benar tentang Islam. Para pemimpin agama harus memastikan bahwa mereka mempromosikan pesan Islam yang sejuk dan moderat, dan menghindari menciptakan divisi atau ketidakadilan dalam masyarakat.