(10/7/2024) PP Muslimat NU Bidang Tenaga Kerja bekerjasama dengan PC Muslimat NU Jakarta Barat, mengadakan program Pelatihan Manajemen & Keterampilan Merajut.
“Pelatihan ini, diharapkan dapat memotivasi para ibu agar bersedia bergiat sebagai pengusaha mandiri hingga mencetak lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Selain itu, diharapkan ada banyak optimisme di masyarakat. Orang-orang yang optimis melihat kesulitan sebagai kesempatan, sehingga memberi keyakinan yang dapat membawa pada suatu pencapaian. Kesulitan tidak selalu kendala, tetapi juga kesempatan bagi mereka yang optimis. Orang yang optimis akan lebih mudah untuk mencapai kesuksesan. Tidak ada yang bisa dilakukan tanpa harapan dan percaya diri. Impian dan harapannya akan mudah tercapai karena dia memiliki keyakinan yang besar, memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dan bertindak, dengan didukung oleh pengetahuan atau keterampilan tertentu yang memberi rasa percaya diri”, hal ini disampaikan dalam sambutan Hj. Ariza Agustina Ketua VIII Bidang Tenaga Kerja PP Muslimat NU dalam acara pembukaan Pelatihan.
“Orang optimis juga cenderung melihat ke depan, menjadikan pengalaman masa lalu, baik atau buruk, menjadi pelajaran untuk hidupnya, bersikap bijak menyikapinya dan bangkit serta berupaya berbuat lebih baik lagi dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama, bahkan menjadikannya batu loncatan untuk mencapai kesuksesan. Sebagai ibu rumah tangga, harus diakui, ibu-ibu memiliki cukup sarana untuk membangun keterampilan dasar dalam kerajinan tangan. Keterampilan dasar, yang dapat ditingkatkan dan dikembangkan dengan praktik dan pelatihan, yang diiringi dengan rasa percaya diri, sehingga mendorong seseorang untuk berbuat lebih baik dan lebih baik lagi (incremental improvement). Di dalam proses produksi, hal ini diwujudkan dalam upaya memperbaiki kekurangan yang muncul secara bertahap” imbuh ibu Icha.
Latihan keterampilan, seperti merajut, adalah bagian aktivitas untuk mengasah kreativitas, yang dapat meningkatkan kecerdasan, mengurangi kecemasan serta meningkatkan rasa percaya diri. Bila dasar-dasar merajut dikuasai, ibu-ibu bisa berkreasi, merajut beragam produk dengan beragam warna dan pola. Untuk pemula, saat merajut, ia mempelajari kemampuan baru yang dapat menginspirasi. Keterampilan motorik halus yang melatih otot ini, bila dilakukan secara teratur dapat membuat tangan terampil dan gesit dan dapat membantu memulihkan cidera tangan, juga merupakan bentuk latihan otak, tanpa tuntutan penguasaan tertentu untuk bisa memperoleh manfaat dimaksud.
Merajut melatih otak untuk terus berpikir dan focus, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan dan kemampuan kognitif otak, bagi lansia dapat menjaga agar tidak mudah pikun, Menjadikan hasil rajutan sebagai produk yang bermanfaat, sebagai kerajinan untuk hiasan atau produk untuk dipakai adalah tantangan lain. Bila berhasil, tantangan berhasil dihadapi, timbul rasa bangga dan kepercayaan terhadap diri sendiri, membuat diri merasa berharga. Oleh karena itu, merajut juga dapat meningkatkan rasa percaya diri, bahkan dapat mengurangi rasa takut dan kecemasan. Saat merajut, lengan bergerak dan dapat menciptakan zona aman, menikmati momen merajut, dan membuat nyaman orang yang memiliki masalah kecemasan. Juga, Hasil rajutan bisa dinikmati sendiri atau menjadi hadiah untuk orang terkasih, dan dapat pula menjadi alasan untuk membangun usaha.
Bergiat sebagai perempuan pengusaha, dengan bisnis yang sehat dan berkembang, akan mampu menciptakan lapangan kerja, bahkan tidak sedikit perempuan pengusaha yang mampu memperkerjakan warga Negara Indonesia lain dengan penghargaan yang layak. Oleh karena itu, menciptakan pengusaha atau wirausahawati sebanyak-banyaknya, adalah bagian dari upaya untuk menciptakan dan mendistribusikan kemakmuran. Keberadaan UMKM yang tersebar luas di seluruh pelosok wilayah Indonesia menjadi penopang produksi nasional sekaligus sumber pendapatan dan kesejahteraan bagi sebagian besar masyarakat, yang juga merupakan bentuk distribusi keadilan ekonomi. Para pengusaha tidak hanya menciptakan kesempatan kerja untuk dirinya, tetapi juga memperluas lapangan kerja.
Upaya untuk memakmurkan bangsa, dengan menyebarluaskan nilai-nilai kewirausahaan terus diupayaka untuk mencetak banyak wirusahawati, skala usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan industri kecil menengah (IKM), serta agar lebih tersebar di seluruh penjuru tanah air. Saat ini di Indonesia hanya memiliki 3,47% wirausaha, sekalipun jumlah pengusaha mencapai sekitar 60 juta penduduk. Pemerintah menargetkan rasio kewirausahaan, pengusaha dengan inovasi dan ide-ide baru, minimal sebesar 4% dari populasi penduduk, sebagai upaya untuk memperkuat struktur ekonomi nasional agar menjadi negara maju. Sebagai perbandingan saat ini rasio kewirausahaan di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Di Singapura rasio wirausahanya sudah mencapai 8,76%, di Thailand 4,26%, dan Malaysia mencapai 4,74%. Beberapa negara sudah memiliki rasio wirausaha jauh di atas 5 persen, seperti Jepang (10%), China (7%), India (7%), bahkan di USA mencapai 12%.
Upaya mendorong peningkatan jumlah wirausaha, baik “wirausaha pemula”, termasuk tenaga kerja mandiri (TKM)” yang saat ini mencapai 52 juta orang, serta “wirausaha mapan” yang jumlahnya sekitar 4,5 juta diharapkan dapat mendukung harapan dimaksud. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), sebagaimana fitur mayoritas skala usaha masyarakat (99,9%), merupakan tulang punggung ekonomi nasional sekaligus ujung tombak perputaran ekonomi domestik. Kekuatan UMKM, utamanya, adalah perputaran transaksi yang cepat, pemanfaatan bahan baku lokal, serta kecenderungan produk yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan primer masyarakat. Diperlukan upaya percepatan untuk meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia serta mengembangkan ekosistem wirausaha, sebagai suatu lingkungan yang mendukung pengembangan wirausaha pemula menjadi wirausaha mapan.
“Untuk memulai usaha, ibu-ibu boleh mulai dari mimpi yang besar ‘DREAM BIG’, tapi realisasinya dimulai dari skala kecil. Sambil berusaha, ibu-ibu akan belajar tentang bagaimana mengembangkan usaha, mengetahui kelemahan kelemahan usaha, dan memperbaikinya. Usaha yang dibangun dengan kecintaan dan antusias (passion), bila ada masalah akan dengan sabar dihadapi. Kesiapan mental sangat penting, dalam hal menghadapi kompetitor, yang wajar dalam bisnis, sehingga perlu disikapi dengan bijak”. Ujar ibu Icha dengan penuh semangat.
Kompetitor bisa dianggap buruk, sebagai tantangan bagi pelaku usaha yang memberi risiko, namun bisa berdampak baik bagi bisnis bila dapat mengambill manfaat darinya. Dampak yang positif dari keberadaan kompetitor, antara lain dapat meningkatkan performa bisnis, menjadikan termotivasi untuk meningkatkan kualitas produk hingga inovasi produk agar tetap unggul, juga untuk mengevaluasi agar produk yang dihasilkan tidak kalah saing. Upaya untuk selalu memperbaiki kekurangan, menerima saran, meningkatkan kualitas, hingga menciptakan produk unik, meningkatkan promosi dan membangun identitas merek (branding) adalah bagian strategi pemasaran yang penting untuk disiapkan sejak memulai usaha.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Bidang Tenaga Kerja PP Muslimat NU Hj.Ariza Agustina memberikan contoh semangat motivasi dengan cerita perusahaan pembuat “SISIR”. “Strategi menjual sisir kepada para biksu gundul adalah kesuskesan karena kemampuan menarasikan produk dengan kepercayaan diri disertai optimisme akan kelayakan produknya”. imbuhnya.
Menjadikan perempuan pekerja mandiri dapat mengelola pembiayaan usaha/bisnis mereka, hingga pengelolaan pemasaran dan berbagai permasalahan lain yang berkaitan dengan keberlangsungan bisnis mereka adalah bentuk upaya untuk meningkatkan kinerja dan keberlangsungan bisnis. Upaya memperkaya pengetahuan perempuan pekerja mandiri terhadap bisnis kelolaannya, sebagai pengusaha, seperti pengetahuan dalam bidang keuangan, akan membantu yang bersangkutan dalam pengelolaan dan akuntabilitas bisnisnya. Kemampuan mengenali dan mengakses sumber daya keuangan akan berdampak pada kinerja dan keberlangsungan usahanya. Pengetahuan keuangan yang baik memberi kemampuan dalam pengambilan keputusan keuangan untuk usaha seperti dalam hal pinjaman, investasi, pengelolaan arus kas hingga resiko bisnis.
Sekalipun banyak yang beranggapan bahwa modal sangat penting dalam bisnis, namun ‘dunia baru’ tidak hanya modal kas dan modal sosial seperti rasa saling percaya, mekanisme titip barang, dlsb, tetapi juga dibutuhkan data dan akses terhadap media sosial dan online lainnya. Informasi atau data menjadi sumber daya organisasi semakin dirasa penting untuk dikelola, bahkan saat ini, berperan bagaikan darah dalam tubuh organisasi, sebgaimana darah yang membawa makanan maupun oksigen segar keseluruh tubuh organisasi, serta mengangkut semua kotoran untuk dikeluarkan dari organisasi.
“Saya berharap dengan info tentang kerajinan merajut, moral cerita tentang optimism, dan info tentang manajamen, ibu-ibu menjadi lebih termotivasi untuk memulai dan mengembangkan bisnis skala kecil bahkan skala rumah tangga sebagai aktivitas ekonomi produktif yang memberi pendapatan”. pesan ibu Icha.
“Bisnis tradisional yang biasanya bersifat offline mungkin dapat pula diikuti dengan model bisnis online dalam pemasarannya. Maraknya pola pemasaran online pada era pandemi ini, membuka peluang bagi ibu-ibu untuk berkiprah dalam aktivitas ekonomi produktif dari rumah. Melalui pelatihan Tenaga kerja mandiri ini, semoga lebih banyak rumah tangga yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga, dan pada gilirannya ketahanan ekonomi nasional. Semoga Pelatihan kita hari ini dan seluruh kegiatan kita menjadi amal soleh, serta mendapat keredhaan dan pahala dari Allah SWT.” imbuh ibu Icha dalam menutup sambutannya. Acara diikuti dengan antusias oleh peserta pelatihan.
By : A-Zhoem