Kelahiran
Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid lahir pada 12 Maret 1944 di Jombang. Beliau merupakan putri pertama dari empat bersaudara, dari pasangan KH. Wahab Chasbullah dan Nyai Sa’diyah. Adik-adik beliau diantaranya: Nyai Hisbiyah Rohim, Nyai Munjidah Wahab, KH. Muhammad Hasib Wahab dan KH. M. Roqib Wahab.
Beliau terlahir dari keturunan tokoh besar, jika diurut dari silsilah keluarga Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Nyai Machfudhoh adalah keturunan dari Jaka Tingkir atau Mas Karebet. Pendiri dari Pondok Pesantren Bahrul Ulum adalah Abdussalam, dia termasuk keturunan raja Brawijaya dari majapahit sebagaimana silsilah berikut: Abdussalam putra Abdul Jabbar putra Ahmad putra Pangeran Sumbu putra Pangeran Benowo putra Jaka Tingkir atau Mas Karebet putra Lembu Peteng Aqillah Brawijaya.
Keluarga
Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid melepas masa lajangnya dengan dinikahi dengan putra KH. Abdullah Ubaid yang bernama KH. Aly Ubaid. Mereka menikah pada tahun 1962. Namun setelah menikah Kiai Aly Ubaid kembali ke Mekkah dan pada Agustus 1963 diadakan resepsi pernikahan. Setelah pernikahannya, ia pindah ke Tebet, Jakarta.
Nyai Machfudhoh dan KH. Aly Ubaid dikaruniai seorang putri, yaitu Ulfah Masfufah yang menikah dengan M. Mujib dikaruniai 2 putri dan seorang putra, yaitu:
Nabila Maulidyah
M. Masrur Maulidi
Nazihan Nabihah
Pendidikan
Masa kecil Nyai Machfudhoh adalah masa kecil yang bahagia, meskipun ia lahir ketika Indonesia masih menjadi tanah jajahan, ia tidak pernah merasakan susahnya jaman tersebut, seperti tidak makan dan lain sebagainya. Sejak kecil Nyai Machfudhoh belajar kepada ayahnya sendiri seperti belajar kitab, sedangkan belajar mengaji al-Qur’an ia diajari oleh ibunya, Siti Rahma. Nyai Machfudhoh sejak kecil sering sakit oleh karenanya kerap kali ia dimanja, sering mimisan, bisulan dan sesak nafas.
Sebagai seorang anak-anak ia juga suka bermain, Nyai Machfudhoh suka permainan yang penuh tantangan. Ia juga suka bermain dengan saudara dan teman laki-laki. Ketika kecil pada Zaman Belanda ia sering bermain perang-perangan dan membuat bungker tiruan. Sejak kecil Nyai Machfudhoh dididik dengan kasih sayang, KH. Wahab Chasbullah sering kali bercerita tentang kisah sahabat kepada anak-anaknya.
Ia bercerita dalam berbagai kesempatan. Bukan hanya cerita sahabat, ketika dalam perjalananpun KH. Wahabmenceritakan tentang kota-kota yang dilewatinya, seperti ketika lewat Solo maka ia akan bercerita tentang keraton Solo. Dalam hal sholat, ia benar-benar diperhatikan oleh KH. Wahab, sejak kecil ia didekte sholat oleh sang ayah, mulai dari bacaan-bacaan yang dibaca ketika sujud, ruku‟ begitupun dengan wudhu.
Setelah melakukan dekte biasanya ayahnya memberi koreksi terhadap kekurangannya. Masa-masa kecilnya dilatih untuk berbagi, menyambung silaturrahim dan dikenalkan dengan organisasai NU. Nyai Rahma, Ibunya Nyai Machfudhoh mengajari berbagi dengan cara Nyai Machfudhoh suruh ngirim makanan ke Mbahnya, Nyai Latifah.
Selain itu, KH. Wahab juga memberi teladan kepadanya. Ketika KH. Wahab pulang dari Jakarta, ia membawakan oleh-oleh dan membaginya kepada keponakan-keponakan. Adapun masa pengenalannya kepada organisasi dimulai dengan seringnya ia diajak pengajian, maulid Nabi, Rojabiyah, dan juga hari Kartini.
Sejak kecil pula ia diajak oleh ayahnya mengikuti kegiatan NU. Ketika ada muktamar atau konferensi Nyai Machudhoh suka ikut walaupun disana ia hanya main-main, melihat bazar, dan makan-makan. Sekitar kelas 4 Sekolah Dasar Nyai Machfudhoh sudah ikut kelompok diba’an Fatayat keliling. Jika ada kegiatan diba’an ia selalu berada di barisan paling depan.
Pengasuh Pesantren
Sejak tahun 1994 atau pada awal-awal Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras, Ia dibantu oleh adiknya Gus Roqib dan istrinya mengasuh pondok karena pada saat itu ia menjadi ketua Wanita Persatuan pusat dan wakil ketua departemen Dakwah DPP PPP yang harus bolak balik Jakarta-Jombang.
Setiap satu bulan satu kali ia datang melihat kondisi pesantren dan santrinya. Saat itulah ia manfaatkan untuk mengisi materi dan memberi motivasi kepada para santri.
Diawal kepengasuhan, karena masih ada suaminya, Kiai Aly lah yang paling rajin mengisi materi untuk para santri, sedangkan Nyai Machfudhoh seringnya dua bulan sekali. Nyai Machfudoh merupakan sosok yang perhatian terhadap santrinya, ia memperhatikan struktur kepengurusan dan materi pengajian.
Beliau melakukan pendataan ulang para ustazd ustadzah yang mengajar dan melakukan evaluasi setiap tiga bulan sekali. Dari forum evaluasi tersbut ia mengetahui ustadz ustadzah yang aktif mengajar dan tidak, kemudian mencari solusinya. Dengan cara tersebut ia dapat membenahi pesantren. Selain itu ia juga mengadakan pertemuan dengan wali santri setiap tahun ajaran baru.
Beliau adalah pengasuh yang perhatian terhadap santrinya, beliau tidak melarang santri untuk mengikuti kegiatan ataupun organisasi diluar pesantren, namun tetap dalam peraturan pesantren. Kegiatan yang diikuti santri seperti ekstrakulikuler di sekolahan dan ORDA (Organisasi Daerah).
Karier
Keterlibatan Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid dalam dunia politik berawal ketika Ibu Asma Sahroni, sebagai ketua umum PP Muslimat NU, sering mengajaknya untuk dialog tentang permasalahan yang terjadi pada masyarakat.
Dari berbagai perbincangan tersebut akhirnya menjadikan beliau pada tahun 1976 sebagai ketua umum Fatayat NU.
Menjadi ketua PW Fatayat NU adalah hal yang diduga beliau. Saat itu yang siap menjadi ketua adalah Ibu Cicik Mukafi, tetapi beliau harus ke Bojonegoro setelah suaminya meninggal. Kemudian, semestinya Ibu Khotimah yang menjadi ketua tetapi beliau pulang ke Malang. Maka PW Fatayat NU menjadi vakum. Pada saat PP. Fatayat NU mengadakan konferensi wilayah, Nyai Machfudhoh diminta untuk memimpin sidang tata tertib.
Saat itu beliau belum pernah memimpin sidang. Akhirnya beliau bersedia memimpin sidang dan sidang berjalan dengan baik, selanjutnya beliau terpilih menjadi ketua Fatayat NU wilayah DKI Jakarta.
Selain itu, Nyai Machfudhoh juga menangani majlis ta’lim dan anak yatim di Tebet Timur mulai tahun 1983.
Kemudian karier beliau terus berlanjut, hingga pada tahun 1986 menghantarkan beliau, menjadi anggota MPR menggantikan Pak Yahya Ubaid karena wafat. Kemudian sekitar tahun 1987 beliau menjadi anggota DPR RI.
Kiprah
Dalam kiprahnya, Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dept. Dakwah DPP PPP, Ketua I Pucuk Pimpinan Muslimat NU, Ketua I Yayasan STAJ (Sekolah Tinggi Agama Islam Bahrul Ulum Tambakberas Jombang), dan menjadi mengurus pesantren.
Riyadhoh
Nyai Hj.Machfudhoh Aly Ubaid, menjadi Badan Penasehat Pimpinan Pusat Muslimat NU,dan sebagai Ketua Yayasan Himpunan Da’iyah dan Majelis Taklim (HIDMAT) Muslimat NU Pusat, stressing program memberikan penguatan kepada semua anggota Jam’iyyah Muslimat NU dalam “ber-Muslimat”, HIDMAT Muslimat NU sebagai wadah riyadhohnya Warga Muslimat NU. Ijazah dan kekuatan doa-doa riyadhoh kebangsaan dikemas dengan kegiatan Riyadhoh yaumiyah (harian), mingguan, bulanan dan insidentil (kebutuhan hajat mendesak). Shalat sunat hajat 100 Roka’at menjadi riyadhoh yang dikawal juga untuk mendoakan pemimpin dan bangsa Indonesia. Riyadhoh Kebangsaan beliau pimpin secara rutin dan selalu menekankan dengan keyakinan dalam riyadhoh.
Kontributor : a-zhoem