Pengantar
Nama Ibu Nyai Mahfudhoh sangatlah popular di kalangan organisasi perempuan Nahdhatul Ulama. Beliau lahir dari keluarga berdarah pergerakan membuat kehidupan Ibu Nyai Machfudhoh seakan tidak pernah surut semangatnya, tetap terus aktif meski usia sudah lanjut. Kehadiran Ibu Nyai dalam setiap acara memberikan aura positif, selalu memberikan motivasi dan semangat, tidak hanya pada santri dan alumni Pondok Pesantren Al Lathifiyah Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, akan tetapi juga kepada para pengurus Muslimat NU dan para jamaah, khususnya yang bergabung dalam Himpunan Daiyah dan Majelis Taklim (HIDMAT) Muslimat NU.
Ayahnya, KH. Wahab Chasbullah, pendiri Nahdlatul Ulama, telah memperkenalkan dunia pergerakan sejak usia dini. Pada masa kecil seringkali beliau diajak orang tua menghadiri pengajian dan kegiatan organisasi Nahdlatul Ulama. Sehingga sangat wajar pengalaman kehidupan Ibu Nyai Machfudhoh dihabiskan dalam dunia organisasi NU. Diawali dengan bergabung dalam IPPNU, Fatayat NU, hingga Muslimat NU. Amanah sebagai Ketua Umum PP Fatayat NU dan beberapa periode masuk dalam jajaran pengurus harian PP Muslimat NU menjadikan Ibu Nyai Machfudhoh meneguhkan pengabdianya untuk melayani umat, dan dalam 3 periode terakhir beliau mendapatkan mandat menjadi ketua Himpunan Daiyah dan Majelis Taklim Muslimat NU. Saat ini beliau menjadi Penasehat PP Muslimat NU dan Dewan Pembina HIDMAT Muslimat NU Pusat
Ibu Nyai Machfudhoh juga dikenal dengan kuatnya riyadhoh dan kaya akan pengalaman spiritual. Ibu Nyai menggagas beberapa program riyadhoh Muslimat NU dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.
Riyadhoh Muslimat NU
Riyadhoh yang dimaksud adalah upaya mendekatkan diri pada Allah melalui latihan spiritual (olah ruhani) antara lain dengan cara membersihkan jiwa dari pengaruh buruk. Latihan spiritual antara lain dengan menjalankan ibadah, berdzikir, dan beramal shaleh. Kegiatan olah ruhani tersebut tidak hanya cukup dengan niat yang kuat, akan tetapi juga membutuhkan konsistensi (istiqamah). Kegiatan Penguatan spiritual yang telah rutin dijalankan oleh HIDMAT MNU Pusat dibawah kepemimpinan Ibu Nyai Machfudhoh antara lain:
- One Day One Juz (ODOJ)
Tilawah/Tadarus-Khotmil Qur’an atau Pembacaan al Qur’an “One Day One Juz” (ODOJ) merupakan kegiatan rutin harian yang dibaca oleh pengurus Muslimat NU. Sampai saat ini, Rabu, 10 September 2025, memasuki putaran ke 2.452. ODOJ ini merupakan satu-satunya kegiatan khataman rutin yang istiqamah yang penulis ikuti. Bila dihitung tahun, maka kegiatan ini telah berjalan selama lebih dari 7 tahun. Pada bulan Ramadhan ODOJ tidak diberlakukan karena masing-masing anggota ODOJ dapat menghatamkan al Qur’an lebih dari satu kali, bahkan ada yang sampai 5-6 khatam. Semua berlomba untuk memperbanyak ibadah di bulan suci Ramadhan, termasuk diantaranya dengan membaca al Qur’an dan mengikuti kajian Tafsir Tematik.
Sebenarnya kegiatan ini diinisasi pada saat HIDMAT Muslimat NU mengadakan umroh bersama pada tanggal 17 Januari 2016 s/d 25 Januari 2016 yang dipimpin oleh Ibu Nyai Machfudhoh. Pada saat jamaah di Makkah disepakati untuk khatam al Qur’an bersama, demikian juga pada saat di Madinah, juga disepakati khataman al-Qur’an, satu orang satu juz. Setelah Kembali ke Indonesia, ternyata kangen untuk membaca al-Qur’an bersama, hingga beberapa bulan kemudian disepakati rutin setiap hari untuk khataman al Qur’an dengan sistem One Day One Juz. Anggota ODOJ beberapa ada yang mundur, ada juga yang wafat. Akan tetapi ada penggantinya, sehingga dapat dengan istiqamah dijalankan hingga saat ini. Apabila ada yang berhalangan membaca, oleh karena udhur syar’i (seperti haid atau sakit), atau lupa lapor, maka akan dibadali oleh lainnya. Terima kasih Mbak Timah (staf PP Muslimat NU) yang istiqamah menjadi admin WA group ODOJ, setiap hari update sehingga diketahui siapa yang sudah lapor, siapa yang terlambat lapor atau lupa lapor.
Semoga ODOJ Muslimat NU dapat istiqamah dan memberikan keberkahan, tidak hanya bagi yang membaca, akan tetapi juga bagi Muslimat NU, bangsa dan negara Indonesia, serta untuk umat manusia.
- Riyadhoh Khusus
Riyadhoh khusus merupakan ijazah dari Ibu Nyai Machfudhoh yang disampaikan pada hari kamis, 19 Januari 2023. Riyadhoh ini diniatkan untuk hajat khusus PP Muslimat NU, untuk kebaikan – keselamatan diri dan keluarga, serta untuk bangsa dan agama. Bacaan tersebut juga diniatkan untuk suksesnya Kongres Muslimat NU ke XVIII. Ada 2 shalawat yang dibaca: Shalawat Nariyah dan Shalawat Burdah
- Shalawat Nariyah dibaca setiap hari sebanyak 7x diawali dengan tawasul surat al Fatihah untuk: Rasulullah SAW, Syeikh Abdul Qadir al Jailani, Nabi Khidzir A.S, KH. Wahab Chasbullah dan Mbah Mangli
- Shalawat Burdah dibaca setiap hari dengan komposisi hitungan bacaan sebagai berikut: Maula yasholli….dst 3x, Huwalhabib….dst 41x atau 100x, Kembali membaca Maula yasholli….dst 1x, baru kemudian dibaca Ya Rabi al Musthafa….dst sebanyak 3x. Sama seperti bacaan Shlalawat Nariyah, bacaan Shalawat Burdah juga dibaca tawasul kepada: Rasulullah SAW, Syeikh Abdul Qadir al Jailani, Syeikh Imam al Busyiri, dan KH. Wahab Chasbullah (yang memberikan ijazah kepada Ibu Nyai Machfudhoh)
Kedua riyadhoh khusus tersebut hingga hari ini, Rabu, 10 September 2025, telah memasuki putaran yang ke 962. Awalnya riyadhoh khusus ini dilaksanakan setiap minggu laporannya, dengan maksud akan terbaca Shalawat Nariyah sebanyak 4.444x. Akan tetapi dapat dilaporkan setiap hari. Karena sudah ada amaliah harian berupa ODOJ, maka dilengkapi dengan amaliah mingguan dengan membaca Shalawat Nabi, sebagai wujud kecintaan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Jumlah anggota yang mengikuti riyadhoh khusus tersebut tidak dibatasi 30 orang. Hingga putaran yang ke-946 anggota nya berjumlah 42. Pada akhirnya yang istiqamah membaca yang akan mendapatkan fadhilahnya, sebagaimana yang selalu dijelaskan oleh Ibu Nyai Machfufhoh dalam berbagai kesempatan. Bacaan Shalawat Nariyah fadhilahnya antara lain: dilancarkan rezekinya dan mendapatkan kehormatan yang baik dalam pergaulan di masyarakat.
- Sholat Hajat 100 Rakaat.
Sholat hajat 100 rakaat menjadi agenda rutin yang sifatnya bulanan. Apabila ODOJ harian, Shalawat Nariyah dan Shalawat Burdah awalnya dirancang mingguan, maka sholat hajat 100 rakaat sebagai agenda bulanan. Ibu Nyai Machfudhoh mendapatkan ijazah sholat 100 rakaat dari Gus Lukman dari Malang.
Sejauh pengetahuan penulis, awal mula Muslimat NU melaksanakan sholat hajat 100 rakaat adalah saat melaksanakan umroh Bersama 17 Januari 2016 s/d 25 Januari 2016. Pada saat itu dilaksanakan sholat 100 rakaat di Masjidil Haram yang diikuti oleh semua jamaah rombongan dari HIDMAT MNU. Demikian juga saat jamaah berada di Madinah, sholat 100 rakaat dilaksanakan di Masjid Nabawi.
Setelah Kembali ke Tanah Air, beberapa bulan kemudian para jamaah kangen melaksanakan sholat sunah hajat 100 rakaat, karena setelah sholat hajat 100 rakaat mendapatkan kepuasan spiritual tersendiri. Maka diagendakan sholat 100 rakaat di kantor Hijaz (Travel Ibu Nyai Mahfudhoh) dan di kantor PP Muslimat NU (kantor lama). Karena tempat terbatas, jamaah yang ikut juga hanya beberapa orang. Kegiatan sholat tersebut juga dilaksanakan di beberapa rumah pengurus (khususnya yang mempunyai hajat tertentu) dan beberapa kali dilaksanakan di rumah dinas Wakil Presiden saat itu, Bapak KH. Ma’ruf Amin, sampai kemudian benar-benar lockdown. Setelah selesai masa pandemi, sholat rakaat 100 kembali rutin dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan sholat selalu ditujuk imam, yaitu Ibu Nyai Dr. Hj. Romlah Widayati, MA (ketua HIDMAT Muslimat NU Pusat). Sholat dilaksanakan dengan dua rakaat salam, setiap rakaat yang dibaca setelah surat al Fathihah adalah surat al-Ikhlas, sehingga dalam keseluruhan shalat membaca 100 kali surat al Ikhlas. Kandungan dalam surat al Ikhlas yang ditekankan tentang tauhid dan “Allah al Shamad” (Allah tempat meminta segala sesuatu/tempat bergantung).
Sebelum pelaksanaan sholat 100 rakaat, biasanya dimulai dengan khataman al Qur’an 30 juz yang dibaca secara bil ghaib dan bi an-Nadhar, dilanjutkan dengan pembacaan Manakib Syeikh Abdul Qadir al Jailani. Pembacaan Manakib mulai diagendakan secara rutin oleh Muslimat NU dalam berbagai kegiatan, khususnya kegiatan yang dilaksanakan oleh HIDMAT Muslimat NU, baik sebelum sholat hajat 100 rakaat maupun sebelum kegiatan Taklim Virtual Muslimat NU (Kajian rutin bulanan yang dilaksanakan secara online). Muslimat NU secara khusus mendapatkan ijazah dari Syeikh Afifuddin al Jailani, dzuriyah Syeikh Abdul Qadir al Jailani dari Baghdad. Dan secara massal ijazah tersebut diberikan langsung pada tanggal 12 Februari 2025, saat Kongress Muslimat NU ke XVIII di Surabaya.
Setelah sholat 100 rakaat dilanjutkan dengan pembacaan Tahlil dan Maulid Dziba’ dan diakhiri dengan dzikir bersama. Bacaan dzikir yang dipimpin langsung Ibu Nyai Mahfudhoh antara lain: Surat al Insyiroh (Surat Alam Nasrah), Shalawat Nariyah, Shalawat Burdah, dan bacaan Asmaul Husna “Ya Lathif”.
Penutup
Ketenangan, kedamaian dan ketentraman dirasakan usai mengikuti kegiatan riyadhoh Muslimat NU. Dengan pengalaman spiritual yang mendalam dan kemampuan dalam membimbing jamaah Muslimat NU menjadikan Ibu Nyai Mahfudhoh dijuluki sebagai “Jimatnya Muslimat NU”. Menurut Ibu Nyai, riyahoh yang dilaksanakan Muslimat NU sebagai benteng yang akan menguatkan Muslimat NU untuk melayani umat, menjadi bekal bagi pengurus untuk memimpin jamaah. Lantunan doa dalam riyadhoh juga ditujukan khusus kepada para Muasis Nahdlatul Ulama, Muasis Muslimat NU, Pimpinan Muslimat NU, khususnya Ketua Umum Dewan Pembina dan Ketua PP Muslimat NU, serta doa untuk Pemimpin Bangsa agar mendapatkan petujuk dan kekuatan dari Allah SWT, sehingga dapat terwujud bangsa dan negara Indonesia yang adil, damai dan sejahtera.
Ciputat, 10 September 2025
Prof. Dr. Sururin, M.Ag
Ketua Bidang Hukum, Advokasi dan Litbang PP Muslimat NU
Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ketua Pokja Majelis Taklim Nasional







