Islam mengajarkan bahwa memberikan keadilan dan menghindari penindasan terhadap siapa pun sangat penting. Orang yang menindas atau merampas kemerdekaan orang lain melanggar prinsipprinsip agama. Kemerdekaan bisa dipahami sebagai pembebasan diri dari kebodohan, kesesatan dan kezhaliman.
Di bulan Agustus ini, bangsa Indonesia tengah memperingati dan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan. Dengan berbagai acara dan kegiatannya, rakyat melampiaskan kegembiraan dalam mengeluarkan rasa syukurnya terhadap kemerdekaanya itu dari tangan penjajah. Kemerdekaan ini dapat didekati dengan berbagai pemahaman.
Kemerdekaan Bangsa Indonesia adalah merupakan nikmat yang harus disyukuri oleh umat Islam. Keinginan untuk Merdeka dari penjajah adalah pemberian dari Allah SWT serta ikhtiar mujahadah untuk mencapainya. Rasa syukur itu wajib terpatri dalam dalam jiwa seorang muslim karena dengan bersyukur dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara.
Sebagaimana penegasan firman Allah SWT :
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Artinya: Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya (QS. Ibrahim/ 14: 34).
Bentuk lain dari mensyukuri nikmat atas kemerdekaan yang kita miliki sekarang ini adalah dengan
mencintai tanah air. Di Surat Al-Qashash ayat 85, Allah berfirman
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍ ۚ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَىٰ وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Artinya: “Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.”
Kata ma’ad ditafsirkan dengan kota Makkah. Selain itu, ada yang menafsirkan memiliki makna akhirat, kematian, dan hari kiamat. Menurut Mafatih Al-Ghaibnya Imam Fakhruddin Al-Razi, mengatakan bahwa pendapat yang menafsirkan dengan Makkah lebih mendekati, Ismail Haqqi, dalam tafsirnya Ruhul Bayan menyampaikan bahwa ayat di atas menjadi dalil untuk cinta tanah air. Sebab, diksinya menunjukkan isyarah untuk cinta terhadap tanah air mengingat Rasulullah saw juga kerap menyebut tanah air dalam perjalanan hijrahnya.
Allah berfirman berfirman:
وَلَوْ اَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ اَنِ اقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ اَوِ اخْرُجُوْا مِنْ دِيَارِكُمْ مَّا فَعَلُوْهُ اِلَّا قَلِيْلٌ مِّنْهُمْ ۗوَلَوْ اَنَّهُمْ فَعَلُوْا مَا يُوْعَظُوْنَ بِهٖ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَشَدَّ تَثْبِيْتًاۙ66
Artinya: “Dan sesungguhnya jika seandainya Kami perintahkan kepada mereka (orang-orang munafik): ‘Bunuhlah diri kamu atau keluarlah dari kampung halaman kamu!’ niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka…” (QS. An-Nisa’: 66).
Di dalam tafsir al-Munir fil Aqidah wal Syari’ah wal Manhaj, Syekh Wahbah Al-Zuhaily menyampaikan bahwa ayat di atas menjadi petunjuk dan merupakan dalil mencintai tanah air. Cinta terhadap tanah air menunujukkan ketergantungan terhadap negeri.
Esensi tiap manusia ingin merdeka dan merasa bebas, nyaman dan bahagia dalam hidup. Kita juga tidak ingin terkekang, terbatasi, dan tidak bebas dalam menjalani kehidupan atau ada sesuatu yang memperbudak kita. Bagi seorang muslim, kemerdekaan dan kebahagiaan sejati adalah menjadi hamba Allah sepenuhnya dan merasa bahagia dengan menunaikan kewajiban sebagai hamba kepada Allah.
Merasa bahagia melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Merasa bahagia berakhlak mulia, membantu sesama, serta memudahkan urusan orang lain.
Menjadi budak dunia dan budak hawa nafsu itu belumlah merdeka. Oleh karena itu, merdeka juga dipahami sebagai perlawanan dari perbudakan. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa manusia bisa menjadi budak dunia dan budak harta. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wool/sutera). Jika diberi, dia senang. Tetapi jika tidak diberi, dia marah.” (HR. Bukhari) Dunia dan harta memperbudak dan mendorong manusia menjadi tamak dan tidak pernah puas. Jika demikian, apakah diperbudak oleh dunia dikatakan merdeka?. Pembebasan dari belenggu yang mengekang kemerdekaan lahir dan batin kita lah kemerdekaan hakiki dan hanya dapat diraih dengan Ibadah kepada Allah SWT, karena Ia berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Menjadi hamba Allah, beribadah mentauhidkan Allah, serta menjalankan perintah-Nya adalah sumber kemerdekaan.
By : A-Zhoem