Wejangan Syaikh as-Sayyid Affefuddin terkait materi Ahlak yang disampaikan di Masjid Al-Akbar Surabaya, Jum’at 16 Agustus 2024 , beliau mengutip salah satu kisah seorang ayah yang menasihati putranya. Ada tiga pesan yang disampaikan
- Makanlah makanan yang paling lezat
- Tidurlah ditempat yang paling nyaman, dan
- Tinggallah di rumah yang paling indah
Ketiga pesan ini sejatinya tidak cukup difahami secara hakiki, sungguhpun seorang mukmin memang secara zahiriyah mengharapkan hidup dalam kebahagiaan di dunia dan akhirat (sa’idun fiddunya wa sa’idun fil akhirah) , sebagaimana do’a yang sering dibaca ” Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina ‘azhabannar “.
Menurut syaikh Pesan pertama yang maksud “makanlah makanan yang paling lezat” adalah makan atau minum saat kita sangat haus dan lapar, karena apapun jenis makanan dan jenis minuman sekalipun sangat sederhana atau murah harganya ketika dimakan oleh orang yang sedang lapar atau sedang haus, maka terasa begitu nikmat. Sebagaimana halnya orang yang sedang berbuka puasa, air seteguk yang masuk ke mulut akan membuat hilang semua rasa dahaga dan begitu terasa nikmat. Pesan yang tersirat adalah menganjurkan makan saat kita sedang lapar atau bahkan bisa jadi dianjurkan membiasakan puasa.
Pesan kedua “Tidurlah ditempat paling nyaman” maksudnya, saat seseorang pulang kerja seharian dengan berbagai macam aktifitas yang menguras tenaga kemudian kembali ke rumah untuk beristirahat sehingga bisa tidur nyenyak sekalipun alas tempat tidur yang dipakai hanya sehelai tikar. Inilah yang dimaksud dengan tempat tidur yang paling nyaman. Pesan yang bisa ditangkap dari pernyataan ini kita dianjurkan selalu beraktifitas, bekerja dan berusaha sesuai dengan profesi masing-masing, karena hakekat hidup adalah berjuang dan itu semua merupakan bagian dari perjuangan.
Pesan ketiga, “Tinggallah di rumah yang paling indah” maksudnya, kita tinggal di lingkungan di mana seisi rumah, lingkungan sekitarnya, maupun di lingkungan yang jauh semuanya saling mencintai. Ketika seseorang berbuat kebaikan kepada semua orang maka orang pun akan mencintainya, sebagaimana ketika seseorang menolong orang lain dengan bersedekah, maka akan timbul rasa cinta dari orang yang dibantu kepada orang yang membantu. Beliau mengutip salah satu ayat dalam surah Maryam ayat/19: 96
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا
” Sesungguhnya bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa cinta (dalam hati) mereka “.
Orang beriman kepada Allah kemudian beramal saleh karena berharap karunia dan ridha dari Allah, dengan menebar kebaikan kepada orang banyak ,hakikatnya hatinya telah diliputi rasa cinta. Maka kecintaan itupun akan berimbas pada orang yang dicintainya sehingga akan kembali lagi kepada orang yang mencintai.
Rasulullah saw ketika hijrah ke kota Madinah, yang dilakukan pertama adalah mempersatukan antara suku Aus dan Khazraj. Keduanya merupakan penduduk asli Madinah namun sering berseteru, sering cekcok, bahkan berperang. Rasulullah datang mempersatukan mereka sehingga keduanya menjadi saudara dan saling mencintai. Inilah inti pesan ketiga yaitu memperkuat tali persaudaraan (al-ukhuwwah) dan menumbuhkan rasa cinta, empati terhadap sesama (al-mawaddah). Dengan prinsip tersebut akan terjalin kehidupan aman, makmur , dan sejahtera.
Ketika kita ingin hidup bahagia dan tentram serta sejahtera, hendaknya kita sering berkumpul bersama orang-orang saleh. Dengan mereka hati akan tenang, karena kita bisa meneladani sifat-sifatnya dan mereka pun akan membimbing kita menuju jalan yang baik dan benar. Pesan Rasulullah saw “‘alaikum bisuhbatisshalihin” (artinya, hendaklah kalian berkawan dengan orang orang salih) . Nabi Ibrahim as dalam munajatnya juga memohon kepada Allah agar dipertemukan dengan orang orang saleh. Firman Allah QS. Asy-Syu’ara’/26: 83
رَبِّ هَبْ لِيْ حُكْمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ ۙ
“(Ibrahim berdoa,) “Wahai Tuhanku, berikanlah kepadaku hukum (ilmu dan hikmah) dan pertemukanlah aku dengan orang-orang saleh”.
Ketika kita selama hidup bersama orang-orang saleh, kelak diakhirat kita akan masuk dalam kelompok orang orang saleh.
Kontributor : Romlah W.
@a-zhoem