muslimatnu.or.id. Materi Pengajaran atau kurikulum pengajaran di komunitas atau lembaga baik formal, non formal dan informal perlu disusun sejak awal untuk memberikan arah dan tujuan pembelajaran yang mengarah pada output sikap dan karakter yang moderat, terbuka dan merdeka bagi siswa, mahasiswa untuk pendidikan formal dan anggota masyarakat untuk komunitas informal basis masyarakat.
Khusus Majelis Taklim memiliki ciri khas tersendiri dalam pola pengajaran dan pengajiannya, sehingga Majelis Taklim perlu pula memperhatikan kekhasan tersebut untuk menjaga identitas suatu Majelis Taklim. Berdasarkan buku kajian peran Majelis Taklim dalam menjaga radikalisme menurut Dr.Hj.Romlah Widayati, MA ada hal- hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan materi atau kurikulum pengajian antara lain:
1) Meliputi materi-materi keilmuan dasar dalam Islam, yaitu syariah, aqidah, dan akhlak. Ketiga materi utama ini dapat diturunkan dalam berbagai bentuk kajian, seperti kajian fikih, kajian aqidah, kajian asmaul husna, kajian tafsir, kajian hadis, kajian sejarah, dan sebagainya.
2) Memberikan materi keterampilan, seperti qasidah, ratib, marawis dan sebagainya. Materi ini bisa diperkaya dengan muatan-muatan materi lokal atau kearifan lokal.
3) Memberikan materi penguatan keterampilan ekonomi dan sosial, misalnya membuat souvenir yang bernilai ekonomis, pelatihan pemberdayaan masyarakat, aktivitas sosial, dan sebagainya.
Materi-materi pengajaran ini mesti dikemas dalam suatu kurikulum yang berjenjang dan regular sehingga jamaah dapat meningkatkan wawasan kebangsaan dan nasionalisme, dan pemahaman serta keterampilannya dari tahun ke tahun.
Salah satu kunci utama, keberhasilan dakwah Islam hingga menyebar luas di sepanjang jazirah Arab dalam rentang waktu kurang lebih 22 tahun terletak pada sosok Nabi Muhammad SAW. Akhlak dan kepribadian beliau beriringan dengan dakwahnya yang lembut dan penuh kasih sayang. Karena itulah beliau disegani baik kawan maupun lawan. Kepribadian beliau yang penuh kasih sayang adalah cerminan dari firman Allah dalam QS. Al-Anbiyā: 107, yang artinya “Tiadalah Kami mengutus engkau (hai Muhammad) kecuali sebagi rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamīn).”
Kemuliaan akhlak Rasulullah SAW juga tercermin dari hadis yang menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (innamā bu’itstu li utammima makārimal akhlāq), dalam arti untuk mengajarkan akhlak yang mulia kepada segenap umat Islam, bahkan kepada seluruh manusia. Kemuliaan akhlak Rasulullah juga tercermin dari ungkapan Aisyah ra ketika ia ditanya tentang akhlak Nabi saw. Aisyah ra menjawab: kāna khuluquhū al-qur’ān (akhlak Rasulullah saw adalah cerminan dari al-Qur’an).
@Azzah Zumrud (A-Zhoem)