Pentingnya gizi ibu dan balita tidak dapat diabaikan, mengingat dampaknya yang besar terhadap kesehatan dan perkembangan anak. Di Indonesia, masih terdapat berbagai tantangan dalam mencapai standar gizi yang ideal, terutama di daerah-daerah dengan akses terbatas terhadap layanan kesehatan dan informasi yang memadai. Program sosialisasi seperti ini bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pengetahuan praktis dan mempromosikan praktik gizi yang sehat.
Sebanyak tiga dari lima anak terindikasi stunting di Kecamatan Sukarami, Kota Palembang mengonsumsi kental manis sebagai susu.
Hal tersebut merupakan hasil temuan kunjungan keluarga yang dilakukan oleh Pengurus Pusat (PP) bersama Pengurus Wilayah (PW) Muslimat Nahdlatul Ulama dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), pada bulan Agustus 2024.
Kunjungan keluarga adalah bagian dari program kolaborasi PP Muslimat NU bersama Yaici yang bertujuan menggali informasi mengenai kebiasaan konsumsi keluarga yang memiliki anak yang terindikasi stunting ataupun gizi buruk. Selain itu, dilakukan juga edukasi langsung untuk orang tua mengenai pemenuhan kebutuhan gizi untuk anak.
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, Erna Yulia Sofihara, mengatakan pihaknya akan menindaklanjuti temuan persoalan dari kunjungan keluarga tersebut, salah satunya melalui pendampingan keluarga.
“Saat ini kami juga sedang menggencarkan program Ibu Asuh stunting. Kelima keluarga tersebut selanjutnya akan didampingi oleh satu kader yang akan memonitor, mengedukasi dan memastikan keluarga tersebut menerapkan pemberian gizi yang cukup untuk anak dan keluarga dan PHBS.
Selanjutnya Arif Hidayat Ketua Harian Yaici menjelaskan bahwa, “temuan-temuan selama kunjungan keluarga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah dan stakeholder terkait agar penanganan stunting di masyarakat menjadi lebih efektif”, imbuhnya
“Kami mengunjungi lima keluarga yang memiliki anak terindikasi stunting di Lorong Bambu Kuning, Kecamatan Sukarami Kota Palembang untuk mencari tahu penyebabnya. Diantara yang dapat disampaikan adalah masih ada kebiasaan orang tua yang memberikan kental manis sebagai minuman susu untuk anak. Hal ini juga berkaitan dengan pola asuh yang diterapkan keluarga,” jelas Arif Hidayat.
Kekeliruan dalam pemberian susu tersebut pada umumnya terjadi karena kebiasaan keluarga yang mengkonsumsi kental manis secara rutin.
Dalam kesempatan terpisah, PP Muslimat NU bersama YAICI juga diterima oleh jajaran Pemprov Sumatera Selatan. Dalam kesempatan itu, Kabid Kesmas Dinkes Propinsi Sumsel, Dedi Irawan, mengakui kebiasaan konsumsi kental manis oleh masyarakat menjadi salah satu penyebab prevalensi stunting sulit turun.
“Mungkin karena sudah tertanam dari lama bahwa kental manis itu adalah susu, masyarakat belum menydari kental manis itu tidak baik. Kami bahkan menemukan anak dibawah enam bulan ada yang diberi kental manis. Setelah dilakukan pengecekan ternyata sudah stunting,” jelas Dedi Irawan.
Sosialisasi gizi yang diadakan oleh PP Muslimat NU dan Yaici di Palembang merupakan langkah positif dalam meningkatkan kesehatan ibu dan balita. Dengan memberikan informasi yang relevan dan praktis, acara ini berkontribusi pada upaya peningkatan status gizi di masyarakat. Adapun keberhasilan sosialisasi ini tergantung pada dukungan berkelanjutan dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan lembaga kesehatan. Diharapkan kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam kesehatan ibu dan anak di seluruh Indonesia.
*Kontributor: Etika NR