Dikenal masif Ibu adalah “Al-Ummu Madrasatul U’la” atau “Ibu Sebagai Pendidik Pertama dan Utama”.
Sedangkan sosok ayah atau suami laki-laki dari seorang istri perempuan dalam keluarga inti, ayah yang berperan selalu berusaha dan bekerja untuk menafkahi anak dan istri serta keluarganya.
Rumah tangga akan bahagia bila masing-masing mengetahui dan menjalankan peran fungsinya, saling terbuka, masing-masing saling menghargai dan tercipta cinta kasih di dalam keluarga inti terdiri ayah, ibu dan anak.
Sosok ayah dan ibu,hidupnya selalu untuk kebahagiaan anaknya. Orang tua tak lelah selalu mengharapkan anaknya menjadi sholeh dan sholeha, anaknya bahagia,sukses,ber-perilaku baik,sopan, ,jujur dan berakhlak baik. Pokoknya orang tua menginginkan kebaikan untuk anaknya dari anak di dalam kandungan sampai besar, dan harapan orang tua anaknya menjadi kebanggaan mulai untuk keluarga, Agama dan NKRI.
Mata orang tua menjadi pelita di malam hari yang memberi cahaya penerang bagi anaknya bila sakit, kadang mereka lapar,mereka katakan kenyang yang penting anaknya makan.
Bila orang tua sakit mereka tetap berusaha untuk melaksanakan rutinitasnya mengurus, mencari nafkah untuk anak-anaknya.
Bahagianya orang tua bila anaknya sehat,sukses dan anaknya selalu bahagia.
Kodrat seorang ibu sangat penyayang, sangat lembut kepada anak-anaknya dan mengharapkan anak-anaknya selalu dalam cinta kasih keluarga. Anak yang men-tauhidkan Allah Swt.
Adapun peran seorang ayah tegas dan mengharapkan anak-anaknya punya prinsip, komitmen yang kuat untu kesuksesan masa depannya.
Muncul pertanyaan,pantaskah kita sebagai anak berkata kasar dan membuat orang tua kita sedih?Pantaskah kita membuat orang tua kita menangis? Pantaskah bila orang tua kita sudah renta kita tidak peduli, tidak mau mengurus dan mencampakkan mereka? Apakah pengorbanan dan jasa-jasa mereka bisa terbalas?
Jasa orang tua kandung kita tidak bisa terbalas dengan apapun, walaupun dengan berlebihan harta, kecuali kita membuat mereka senang, membuat hati mereka teduh, mencintai mereka, membahagiakan mereka, memberikan cinta kasih, membuat mereka senang dan bahagia,kita sebagai anak lakukan ini yang merupakan kewajiban kita sebagai anak.
Mengenai sosok ibu, slogan yang terkenal “Aljannatu tahta aqdamil Ummahat” bahwa “Surga berada di telapak kaki Ibu”. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim r.a seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw : “Wahai Rasulullah, kepada siapakah seharusnya saya berbakti pertama kali ?
Rasulullah menjawab “Ibumu,Ibumu, Ibumu” sampai 3x, baru Nabi Muhammad Saw menjawab yang keempat “ayah atau bapakmu”.
Dengan demikian bukan berarti ayah tidak penting, tapi menurut ulama Ar-Rozi, seorang ibu melaksanakan 3 (tiga) fase kesulitan yakni dari kehamilan,melahirkan dan menyusui. Inilah kodrat wanita atau seorang ibu yang tidak bisa tergantikan, Kodrat wanita bukan urusan teknis bersih-bersih dan merapikan rumah, belanja dan pekerjaan domestik rumah tangga.
Sebab itulah bisa dikatakan ibu memperoleh 3 (tiga) tingkat derajat dibandingkan ayah, berdasarkan riwayat tersebut. Kodrat wanita atau yang ada pada seorang ibu inilah yang membedakan dengan peran dan fungsi seorang ayah. Seorang ayah setegar dan sekuat apapun lahir dari rahim kandungan seorang ibu yang menjadi pancaran sifat wajib Allah Swt (Asma’ul Husna) sifat Ar-rahman, kasih sayang. Kasih sayang Tuhan Rabb Allah Swt terpancar terutus di sosok seorang ibu kandung yang mengandung, melahirkan dan menyusui. Maka pantaslah dikatakan do’a seorang ibu kandung menembus langit tanpa batas, disini jelas Allah Swt sangat memuliakan seorang ibu.
Untuk keutuhan rumah tangga keluarga inti harus ada ayah atau suami laki-laki dan ibu juga anak agar keharmonisan tetap terjaga, Seorang ibu atau wanita sebagai tulang rusuk seorang laki-laki atau suami maka disini simbul ke-qowwamnya (kepemimpinan) suami atau ayah dalam keluarga, dimana dalam memperlakukan pasangan istri harus dengan baik. Apabila keras maka patah bila tidak tegas maka perempuan cenderung bergejolak, inilah peran penting imam dalam arti pemimpin keluarga, tanggungjawab ayah atau seorang suami laki-laki kepada istri dan keluarganya, jauhkan dari KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga ).
Kedudukan tersebut sudah dijelaskan di dalam QS. Lukman ayat 14, yang artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyusuinya dalam 2 (dua) tahun bersyukurlah kepadaKU, kepada kedua orangtua ibu bapakmu, hanya kepadaKUlah kembali-mu”.
dari ayat tersebut maka kita sebagai anak, mari kita ikuti keteladanan baginda Rasulullah Saw dalam semua aspek kehidupan,terutama dalam pengabdian kita kepada orang tua kita yang sudah menjaga, mengasuh, mendidik kita sehingga kita dewasa dan sukses.
Walaupun kita sudah menikah, sudah sukses janganlah kita mengabaikan mereka, tetap berperilaku baik kepada mereka, menyayangi mereka, mencintai mereka, membantu kesulitan mereka, mendo’akan mereka agar mereka bahagia selalu.
Berkata “Ah” saja kepada mereka kita mendapatkan dosa, seperti QS Al – Isra ayat 23 yakni larangan berkata “Uff” atau “Ah” kepada orang tua, yang artinya : “Dari TuhanMU telah memerintahkan kepada kamu, jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara mereka atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada mereka perkataan “Ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Yang dimaksud ayat di atas bentuknya bisa tidak mematuhi perintah, mengabaikan, menyakiti, meremehkan, memandang dengan marah, mengucapkan kata-kata yang menyakitkan perasaan, sebagaimana disebutkan di ayat Al-qur’an tersebut.
Marilah kita menjadi anak yang baik,yang berbakti kepada orang tua kita bila mereka masih hidup dan bagi orang tua kita yang sudah meninggal jangan lupa kita mendoakan mereka, mengirimkan mereka do’a-do’a Al-Faatihah, juga amal-amal jariah bacaan Al-Qur’an, sedekah dan lain-lainnya dengan niat untuk mereka, bersedekah dengan niat untuk mereka, menyambung silaturahmi dengan teman-teman mereka,pasti mereka bahagia dan senang karena kita masih mengingat mereka.
Dan jangan lupa kita selalu menjalankan perintah-perintah Allah Swt dan meninggalkan larangan-larangan-NYA, tetaplah bersandar kepada Allah Swt, dan mengikuti keteladanan baginda Rasulullah Saw dalam hidup dan kehidupan kita,semoga kita diridhai Allah Swt, mendapat syafaat bagina Rasulullah Saw dan dikumpulkan bersama beliau di Jannatul Firdaus. Mari kita selalu mendoakan Kedua Orang Tua kita :
“Rabbighfirlii Waliwaalidayya Warhamhumah Kamaa Rabbayaanii Shaghiiraa”
“ Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telan mendidik aku di waktu kecil”.
Editor : A-Zhoem