Kata agama (Bahasa Sanskrit) biasanya disebut juga dengan kata din (Bahasa Arab) dan religion (Eropa). Secara etimologis (menurut asal-usul) kata din berasal dari Bahasa Arab dan terdapat pada Al-Qur’an disebutkan sebanyak 92 kali. Beberapa diantaranya terdapat pada Q.S Al-Baqarah (2) ayat 256 :
لَآ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “tidak ada paksaan untuk memasuki agama islam; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat, karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Dalam Al-Qur’an diayat lain terdapat pada Q.S Al-Hajj (22) ayat 78 :
وَجَٰهِدُوا۟ فِى ٱللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِۦ ۚ هُوَ ٱجْتَبَىٰكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى ٱلدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَٰهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّىٰكُمُ ٱلْمُسْلِمِينَ مِن قَبْلُ وَفِى هَٰذَا لِيَكُونَ ٱلرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱعْتَصِمُوا۟ بِٱللَّهِ هُوَ مَوْلَىٰكُمْ ۖ فَنِعْمَ ٱلْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ ٱلنَّصِيرُ
Artinya: “dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (ikutilah) agama orangtuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu. Dan begitu pula dalam Al-Quran ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.”
Kata Din yang digunakan dalam Bahasa Al-Qur’an mengandung arti secara teriminologi (menurut definisi) menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan serta kecenderungan alami atau tendensi.
Kata agama berasal dari Bahasa Sangsekerta, yaitu dari kata A= tidak dan Gama = pergi atau kacau. Jadi agama memiliki arti tidak pergi, tidak kacau, tetap di tempat, diwarisi turun temurun, karena agama memang mempunyai sifat demikian. Pendapat lainnya mengatakan bahwa agama berarti tuntutan, karena agama memang memberi tuntutan.
Kata religion berasal dari Bahasa latin yaitu religi. Ada yang berpendapat bahwa religi berasal dari kata religie atau religio, yang memiliki arti mengumpulkan dan membaca, karena pada dasarnya, agama memang merupakan kumpulan cara untuk mengabdi kepada Tuhan yang terkumpul pada kitab-Nya.
Perlu kiranya untuk kita ketahui secara bersama bahwa Islam mendorong manusia untuk berbudaya, tentu berbudaya yang dimaksud adalah berbudaya sesuai syariat Islam. Sebelum datangnya ajaran Islam di muka bumi ini, sudah ada kebudayaan yang telah berkembang sebelumnya. Tentu dari kebudayaan tersebut ada yang mengandung ke¬baikan dan ada yang mengandung keburukan atau kebatilan.
Adat istiadat dan tradisi yang dilakukan oleh suatu masyarakat bisa juga mengandung unsur kebaikan pada sisi kehidupan manusia, yang tidak ada nash agamanya, kecuali pengarahan terhadap tujuan yang umum. Ketika itulah peran akal melakukan ijtihad untuk mencari kehendak Ilahi, dalam segala hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Didalam ajaran agama Islam ada beberapa jenis kebudayaan, antara lain kebudayaan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini sebagai hal yang disebut pada kaidah fiqh yaitu “ al ‘adatu muhkamatun “ artinya “adat kebiasaan dapat dijadikan sebagai hukum” bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi perlu diingat, kaidah tersebut hanya berlaku pada hal yang belum ada nashnya dalam al-quran maupun sunnah Rasul.
Di Indonesia tidak ada polemik agama dan budaya menjadi akulturasi kebaikan praktek agama dalam kebhinekaan yang majemuk. Agama menjadi pilar utama, budaya dan nasionalisme adalah satu kesatuan sudah harga mati, bernegara dengan 5 dasar sila dalam Pancasila sebagai bagian praktek beragama dengan menjunjung tinggi kemaslahatan makhluk, kemanusiaan di Indonesia tercinta.
@Azzah Zumrud (A-Zhoem)