Minggu, 6 Maret 2022, TKM (Tenaga Kerja Mandiri) Pemula program kemitraan dengan Kementerian Tenaga Kerja RI dengan nama Kelompok TKM “Sate Pakde” bekerjasama dengan Bank Sampah Pondok Cabe Binaan Bidang Tenaga Kerja PP Musimat NU, mengadakan kegiatan Sosialisasi Potensi Minyak Jelantah (minyak goreng bekas pakai) bertempat di aula asrama mahasiswa GDQ (Griya DDPe Qur’an) Sawangan Depok Jawa Barat.
Kegiatan dihadiri ibu-ibu penggerak dan pemerhati swa-kelola sampah diantaranya menjadi pengumpul minyak bekas (jelantah), “kami mengumpulkan terutama minyak bekas sisa masak hajatan, nanti sudah ada yang menjadi penadah dan pembeli, satu dirigen sedang dijual Rp.30.000,-” Ujar Ibu Kumay anggota kelompok TKM Mandiri “Sate Pakde” binaan Bidang Tenaga Kerja PP Muslimat NU.
Dalam pengantarnya Ketua Bank Sampah Muslimat NU Pondok Cabe, Hj.Azzah Zumrud menyampaikan apresiasi dan laporan, “Ibu-ibu dimohon untuk lebih peduli lagi terkait pemilahan sampah. Kali ini kita akan sharing dan berbagi ilmu terkait pengelompokan sampah cair minyak jelantah (minyak goreng bekas pakai), insyaAllah kedepan bagaimana kita akan optimalisasikan pengolahan ulang minyak jelantah menjadi sabun batangan/sabun colek”. Ujar ibu Azzah yang juga pengasuh asrama mahasiswa qur’an.
Selanjutnya narasumber dalam sosialisasi ini adalah Ketua VIII Bidang Tenaga Kerja PP Muslimat NUHj.Ariza Agustina,SE.M.Si sekaligus monitoring TKM Pemula titik nama Kelompok TKM Pemula “Sate Pakde” dan hadir Ibu Izzun Ni’mah anggota Bank Sampah Pondok Cabe Binaan Bidang Tenaga Kerja PP Muslimat NU.
Adapaun menurut ibu Icha, bahwa minyak goreng yang sudah digunakan untuk memasak, beberapa kali, sebut saja lebih dari tiga kali dapat dikatakan sebagai minyak jelantah. Minyak goreng yang sudah digunakan berkali-kali ini tidak disarankan untuk dikonsumsi, karena mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik akibat proses penggorengan. Oleh karena itu, pengunaannya dapat merusak kesehatan tubuh, dapat memicu berbagai penyakit serius, seperti jantung, kolesterol, bahkan kanker. Minyak goreng bekas pakai dapat dikategorikan sebagai limbah. Tetapi, tidak menggunakan lagi minyak goreng bekas dan langsung membuangnya, bukan solusi yang tepat.
Sebagaimana limbah lainnya, membuang minyak jelantah secara sembarangan dapat menimbulkan berbagai masalah lingkungan. Minyak jelantah yang dibuang sembarangan dapat mencemari tanah yang dilaluinya menurun kualitasnya. Minyak jelantah yang terserap di tanah, menyebabkan pori-pori tanah tertutup dan tanah menjadi keras sehingga tidak mampu lagi mendukung aktivitas manusia, selain berpotensi mencemari air tanah.
Minyak goreng bekas pakai yang dibuang pada saluran air, dapat menimbulkan berbagai masalah lingkungan, menumpuk di selokan serta menimbulkan bau dan membuat air selokan jadi kotor. Bila dibuang ke sungai, ia dapat menyebabkan bau dan merubah warna air menjadi kecoklatan, bahkan hitam, karena menjadi senyawa kimia lain.
Pembuangan jelantah di sungai akan mencemari perairan, menyebabkan meningkatnya jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengurai bahan organik (BOD), dan jumlah senyawa kimia terhadap oksigen yang dibutuhkan untuk mengurai bahan organik (COD). Angka Biological Oxygen Demand (BOD) serta Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan kriteria dalam penilaian kebersihan air. Tingginya angka BOD dan COD menandakan air mengalami pencemaran, penanda turunnya kualitas air guna kelangsungan ekosistem air serta mengganggu dan merusak keindahan lingkungan. Jelantah dapat menyebabkan tertutupnya permukaan air dengan lapisan minyak. Akibatnya, sinar matahari tidak dapat masuk ke perairan yang mendorong matinya biota dalam perairan.
Oleh karena itu, sebaiknya minyak goreng bekas pakai atau jelantah tidak dibuang sembarangan. Ini pilihan cara agar kelestarian lingkungan dapat terjaga. Alternatif untuk mengatasi jelantah, agar tidak mencemari lingkungan, adalah dengan memadatkan minyak jelantah terlebih dahulu sebelum dibuang, hingga mengolahnya kembali. Pengolahan minyak jelantah bisa berdampak positif terhadap pengurangan limbah B3. Dari sisi lingkungan, mengolah kembali minyak jelantah berarti juga mengurangi pembuangan minyak jelantah yang dapat mencemari lingkungan dan mengganggu ekosistem.
Minyak jelantah yang sudah tidak bisa dipakai lagi masih dapat memiliki nilai guna. Minyak jelantah, dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga hingga industri. Untuk kepentingan rumah tangga, minyak jelantah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar lampu minyak, alat pelumas untuk peralatan rumah tangga berbahan logam seperti untuk engsel yang berdecit, atau untuk menghilangkan noda cat di kulit, hingga sebagai pupuk kompos tanaman dengan mencampurkannya bersama tanah. Bila diolah, minyak jelantah dapat menjadi Sabun. Cara membuatnya cukup mudah, bahkan tutorialnya dapat dicari di internet.
Pada bidang industri, pemanfaatan minyak jelantah merupakan implementasi dari konsep ekonomi kreatif, yaitu penerapan daur ulang limbah. Suatu bentuk peningkatan sirkular ekonomi, yaitu melakukan daur ulang pemanfaatan sumber daya untuk terus menghasilkan manfaat ekonomi sekaligus mengurangi dampak lingkungan. Bentuk bisnis ekonomi kreatif yang dapat menyelamatkan lingkungan.
Minyak jelantah adalah bahan pokok dalam pembuatan biofuel, terutama biodiesel, yang merupakan alternatif bahan bakar ramah lingkungan, jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak bumi. Daur ulang minyak jelantah dapat menghasilkan produk turunan berupa biodiesel, sebagai sumber energi nilai pasar minyak jelantah tergolong tinggi.
Pemerintah Indonesia, sejak 2018, mendijadikan kebijakan biodiesel berbahan baku minyak kelapa sawit sebagai mandatory, yang implementasinya saat ini sudah sampai B30, yaitu campuran FAME 30% dan solar 70%. FAME, yaitu fatty acid methyl ester, yang lazim dikenal sebagai biodiesel adalah salah satu sumber energi alternatif yang bisa terurai dengan bantuan mikroorganisme, tidak beracun, dan dapat menggantikan bahan bakar solar tanpa modifikasi lebih lanjut, menjadikannya sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil.
FAME yang dihasilkan dari minyak goreng bekas, jelantah, yang merupakan produk turunan minyak sawit menjadi salah satu opsi bisnis menjanjikan. Pengolahan minyak jelantah di sektor industri, bisa mendatangkan profit yang menjanjikan. Daur ulang minyak jelantah dapat menghasilkan produk turunan berupa biodiesel. Minyak jelantah adalah bahan pokok dalam pembuatan biofuel, terutama biodiesel.
Biodiesel merupakan alternatif bahan bakar ramah lingkungan, jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak bumi. Biodiesel dapat dimanfaatkan sebagai pengganti minyak solar untuk mesin diesel pada alat transportasi maupun industri. Oleh Karena itu, omzet menggeluti bisnis ini bisa mencapai jutaan rupiah per-bulannya.
Bahkan, di luar negeri minyak jelantah dihargai jauh lebih tinggi, hingga dua kali lipat, sehingga pebisnis jelantah banyak yang tertarik mengekspor minyaknya. Di dalam negeri, minyak jelantah dihargai sekitar Rp 3000 oleh produsen biodiesel, sedangkan di luar negeri, minyak jelantah dari Indonesia bisa dihargai sekitar Rp 5000 – Rp 7000. Pada tahun 2019, Indonesia mengekspor minyak jelantah sebanyak 184.090 kiloliter atau sebesar US$ 90,23 juta. Negara-negara tujuan ekspor minyak jelantah, adalah Belanda, Singapura, Korea Selatan, Malaysia, dan China.
Dengan masyarakat yang hampir sebagian besar menyukai gorengan, konsumsi minyak goreng di Indonesia tergolong tinggi. Pada tahun 2019, konsumsi minyak goreng sawit nasional mencapai 16,2 juta kilo liter (KL) pada tahun 2019 (Kajian TNP2K dan Traction Energi Asia, 2020). Artinya tingginya penggunaan minyak goreng juga mempengaruhi banyaknya limbah bekas pakainya. Namun, data menunjukkan bahwa minyak jelantah yang dapat dikumpulkan di Indonesia baru mencapai 3 juta KL atau hanya 18,5% dari total konsumsi minyak goreng sawit nasional. Dapat dikatakan bahwa hanya sebagian kecil minyak jelantah di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai biodiesel. Dari 3 juta KL yang berhasil dikumpulkan, hanya sekitar 570 KL yang dikonversi untuk biodiesel dan kebutuhan lainnya, sementara sisanya sekitar 2,4 juta kilo liter digunakan untuk minyak goreng daur ulang dan ekspor. Hal ini disebabkan oleh, antara lain: belum adanya mekanisme pengumpulan minyak jelantah baik dari restoran, hotel dan rumah tangga; sebaran lokasi sumber minyak jelantah yang tidak simetris dengan lokasi pabrik pengolahan biodiesel; teknologi pengolahan (terutama yang dikelola oleh masyarakat) belum cukup efisien. Oleh karena itu, pengolahan minyak jelantah untuk biodiesel oleh masyarakat dapat memberi berbagai manfaat dari sisi ekonomi, kesehatan maupun lingkungan.
Potensi pengumpulan minyak jelantah yang masih terbuka serta potensi pasarnya membuka kesempatan untuk membangun bisnis minyak jelantah sebagai rumah tangga hingga kelompok. Namun, upaya ini perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: , sebagai sumber energi alternatif bahan bakar fosil yang relatif ramah lingkungan, yang berguna untuk :
- Membuat Jejaring Bisnis, dibutuhkan untuk saling bertukar informasi dan menjalin koneksi bisnis. Bergabung dengan organisasi sejenis himpunan pengusaha akan berguna untuk mendapatkan relasi dengan visi serupa, juga peluang akan adanya kerja sama terbuka lebar.
- Melibatkan Masyarakat Sekitar, akan berguna untuk kelangsungan bisnis. Membuat masyarakat menjadi pemasok, untuk pengumpulan minyak jelantah. Masyarakat dapat diberdayakan dan memperoleh penghasilan sampingan dari limbah, dengan sistem profit sharing atau pengupahan atas minyak jelantah yang disetor, dan sesuai kesepakatan. Atau dapat dibangun dan diterapkan sistem bank sampah, dengan membuat bank jelantah per RT atau RW untuk mengumpulka minyak jelantah tersebar, serta mengajak masyarakat menabung minyak jelantah mereka untuk ditukar dengan minyak goreng baru, agar masyarakat terbiasa mengonsumsi minyak goreng sehat. Bank Sampah mendapatkan bahan baku untuk produksi.
- Mengedepankan Inovasi dan teknologi, untuk Bank Sampah yang mendapatkan bahan baku produksi, dapat bermitra dengan perusahaan agar berproduksi dengan skala keekonomian, yang membutuhkan kapasitas besar, dengan biaya produksi yang tidak sedikit. Sistem pengumpulannya juga dapat menggunakan kecanggihan teknologi, seperti contoh, platform Beli Jelantah yang menyediakan jasa mengumpulkan, menampung, dan membeli minyak jelantah, di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Tangerang Selatan dengan layanan jemput jelantah minimal 10 liter. Pembelian dihubungi lewat whatsapp, telepon, atau situs Beli Jelantah.
Diahir kegiatan disimpulkan bahwa tentang potensi pasar minyak jelantah, semoga dapat memotivasi, untuk terus memanfaatkan dan mengembangkan potensi diri dan lingkungan di sekitar dalam meningkatkan kesejahteraan. Acara diawali dengan khas kegiatan Muslimat NU tahlil do’a bersama dan diahiri dengan saling bertukar produk TKM (Tenaga Kerja Mandiri) Pemula binaan Bidang Tenaga Kerja PP Muslimat NU.
By : A-Zhoem